Rabu, 11 Desember 2013

PAKET DIVING & SNORKELING



Dive Larantuka Price List

Diving
Dive site
Price per pax
Access
2
3
4

Wureh / bliko
1,076,000
864,000
757,000
Wooden boat
Wureh / Bliko
1,297,000
985,000
840,000
Fiber boat
Weri
756,000
632,000
602,000
Land tranp. Beach

Snorkeling

Snorkeling  site
Price per pax
Access

2 – 3
4 – 6

Wureh / bliko
650,000
425,000
Wooden boat
Weri
290,000
235,000
Land transp. Beach
PRICE INCLUDE  Land transportation and see transportation , dive equipments , dive guide, lunch, mineral water,
PRICE EXLUDE : Donation to village, insurance , alcoholic drinks, personal expense


NOTES :
1.  All items broken / damaged or lost for what ever reason will be charged at cost
2.  We require  minimum  one  or more to departure booking for boat or vehicle hire depending on time / distance and usage
3.  Pay 50% when reservation and 100% when the tour start
4.  Cancelation less one day before starting the tours will be charged 75% of the tour price, will be charged 100%  of the tour price if cancellationon the tours starting.


Selasa, 10 Desember 2013

PAKET SEMANA SANTA 2014



LARANTUKA – MEKO ISLAND  6D/5N


KODE SS  02

Day 01 ( Rabu ) 
Penjemputan di Maumere, melanjutkan  perjalanan ke larantuka singgah di Hokeng
(  Seminari Menengah Pastoral ), anda diajak untuk melihat keindahan arsitektur  bangunan  dengan tempat doa  ( katakombe ). Anda diberi waktu untuk berdoa dalam ruangan katakombe  lalu melanjutkan perjalanan ke Larantuka. 

Day 02 ( Kamis )
Meeting sercive hotel chek ini  dan melanjutkan perjalanan ke kapela Mrg Gabriel Manek dengan tidak lupa  ke toko souvenir susteran dalam complex  biara.  Dari sini perjalanan dilanjutkan ke Tua Menino Kapel. Dalam kapela ini tersimpan banyak peninggalan patung peninggalan portugis  pada awal penyebaran agama katolik di larantuka.  dengan   bis menuju ke waibalun kurang lebih 7 km dan dengan boat berlayar menuju ke pulau waibalun. Sebuah pulau kecil di tengah laut dan terdapat patung yesus berdiri tegak di puncak pulau. Anda akan mendapatkan pengalaman tak terlupakan  setelah menyaksikan keindahan pulau waibalun dengan air yang  jernih dan  dapat melihat keindahan bawah laut dari atas boat.  Dari pulau waibalun kembai ke bis melanjutkan perjalanan untuk makan siang. (senaren café). Setalah makan siang menuju ke kapela Tua Ma(cium tua ma) dan dari tua ma ke kapela tua ana untuk cium tua ana.  Setelah berdevosi di kedua kapela ini kembali ke hotel mempersiapkan diri untuk mengikuti misa  kamis putih.

Day o3 ( jumat )
Setelah sarapan  anda dijemput menuju ke pelabuhan pante palo  dan berlayar  ke Wureh. Di kapela wureh terdapat patung yesus terbelenggu.  Disini merupakan salah satu tempat  devosi yang dianggap sacral oleh umat setempat dan umat katolik lainnya.  Dari wureh dengan boat yang sama menuju ke kapela tua menino sambil menunggu patung yesus tersalib di   bawa keluar dan di antar ke armada pohon sirih  melalui prosesi laut. Puluhan kapal  terlihat berparodi sepanjang perairan larantuka  dengan di giring oleh perahu traditional dari lamalera ( lembata ).   Setelah itu kembali ke hotel persiapkan  diri untuk prosesi malam jumat agung.

Day 04 ( Sabtu )  
Kurang lebih pukul  09.00 anda dijemput untuk melepas lelah sebentar setelah mengikuti prosesi malam menuju ke  lamawalang.  Di desa ini anda bisa menyaksikan  pertunjukan budaya dan ragam tradisi budaya seperti proses menenun, penyulingan arak,  pembuatan jagung titi dan anda akan di hibur dengan tarian tradisional.   Setalah menyaksikan atraksi di sini anda di ajak ke pantai lamawalang menikmati keindahan pantai  makan kelapa muda dan ikan bakar. Bagi yang mau berenang / snorkeling  / diving anda diberi waktu.  Kembali ke hotel, siapkan diri untuk misa malam paskah.

Day 05 Minggu Paskah  
Setalah breakfast anda di jemput, menuju gereja untuk misa paskah. Setelah misa kembali ke hotel persiapkan diri ke Meko. Meko adalah  sebuah pantai berpasir putih dengan  beberapa pulau kecil di tengah laut. Anda bisa snorkeling – diving ataupun sekedar berenang di  pulau ini.  Dari meko kembali ke hotel

Day 06
Check out  anda diantar ke bandara  dan melanjutkan perjalanan anda.





Paket untuk pa stef

Day 01 ( Rabu )
Berangkat dari Jogyakarta dengan penerbangan lion menuju ke Maumere. Tiba di maumere anda akan dijemput oleh tim kami menuju ke larantuka dan langsung menuju ke penginapan. Makan malam di penginapan.
Day 02.  Kamis Putih
Setelah makan pagi anda di jemput di penginapan menuju ke pelabuhan  untuk melanjutkan perjalanan menuju wureh. Wureh merupakan salah satu tempat siarah yang selalu dikunjungi pesiarah baik pada  hari  biasa maupun menjelang paskah. Di dalam kapela bersemayam patung Yesus Berdiri Tegak (  Tuan Berdiri ), itulah sebutan masyarkat local untuk patung ini. Dari wure, kembali ke larantuka, menuju ke kapela Tuan Menino., Tuan Ana dan Tuan Ma dan waktu inilah yang paling tepat untuk cium ketiga patung tersebut. Kembali ke hotel, anda akan diajak makan siang di  sebuah restaurant di pinggir pantai sambil menikmati keindahan pantai pasir putih dan pemandagang indah pulau adonara.  Kembali ke Penginapan persiapkan diri untuk misa  kamis putih.
Day 03 ( Jumat Agung )
Hari ini anda akan diajak untuk mengikuti prosesi laut yang dilakukan dari kapela Tuan Menino. Dengan menggunakan motor laut  bersama dengan pesiarah lainnya mengarak Patung Yesus Tersalib untuk ditaktakan di Armida Pohon Sirih. Setelah mengikuti prosesi laut, makan siang dan kemabli ke  penginapan persiapakan diri untuk mengikuti misa prosesi jumat agung.
Day 04 ( Sabtu )
Perjalanan anda tidak lengkap jika anda tidak mengunjungi kapela Mgr Gabriel Manek dimana dalam kapela ini terbaring jenasah Mgr Gabriel Manek dan sr Anfrida. Keduanya merupakan pendiri konggragasi Putri Reinha Rosari. Mgr Gabriel Manek adalah uskup pribumi pertama  yang berasalh dari timur Indonesia, dalam catatan sejarah penyebaran agama katolik di Indonesia. Dan selanjutnya anda mempuyai kesempatan untuk keliling kota larantuka atau melakukan aktifitas  wisata yang anda inginkan. Malam mengikuti misa malam paskah.
Day 05 ( minggu )
Pagi – pagi anda kami jemput untuk menuju ke Maumere untuk melanjutkan perjalanan anda  kembali ke tempat asal anda. Dan sampai jumpa semoga anda senang melakukan perjalanan bersama kami.

PAKET SEMANA SANTA 2014



SEMANA SANTA

Semana Santa, adalah masa suci sebelum Paskah merupakan saat yang penting bagi umat Larantuka memanjatkan devosi kepada Bunda Maria. Maria Ibu Yesus merupakan figure penting bagi umat Kristiani Larantuka,diangkat menjdi Pelindung Kota Larantuka sehingga Larantuka dikenal dengan julukan Kota Reinha. Prosesi Semana Santa pada dasarnya merupakan peristiwa mengenang kisah sengsaraYesus sejak diadili oleh Pilatus sampai wafat dikayu salib. Dua figure penting dalam prsoesi Jumat Agung ini adalah Tuan Ana ( Yesusdan Tuan Ma ( IbuYesus ) Tua Ma diusung keliling Kota Larantuka sebagai perwujudan dari kesetiaan Maria menemani Yesus dalam kisah sengsara Yesus.

SEMANA SANTA 4D/3N
Penjemputan di bandara Maumere -  Larantuka – siarah kekapela Mgr. Gabriel Manek – Tuan Menino – Tuan Ana – Tuan  Ma  – Kapela Yesus Berdiri ( wureh ) –  prosesi laut – prosesi malam Jumat Agung

SEMANA SANTA 6D/5N
Larantuka siarah kekapela Mgr. Gabriel Manek – Tuan Menino – Tuan Ana – Tuan Ma  -  Taman doa Pulau Waibalun –   Kapela Yesus Beridiri ( Wureh ) prosesi laut – prosesi Jumat Agung – Maumere ( Nilo – Ledalero ) – Danau Kelimutu – Museum Bung Karno ( Bapak Proklamator RI )

SEMANA SANTA 6D/5N + BOAT TRIP
penjemputan di maumere – siarah keseminari Sando Minggo Hokeng kapela Mgr. Gabriel Manek – Kapela Tuan Menino - Tuan Ana – Tuan Ma – Pulau Waibalun – Kapela Yesus Berdiri ( Wureh ) – prosesi laut – prosesi Jumat Agung – boat trip Wureh / Bliko

Minggu, 08 Desember 2013

BENTENG LOHAYONG ( BENTENG PENINGGALAN PORTUGIS ) DI PULAU SOLOR



Benteng Lohayong
Benteng Peninggalan Portugis
Yang dibangun pada abad XV oleh Pater Antonio da Crus, OP yang selesai diabngun pada tahun 1556.
Berada pada ketinggian 10 m diatas permukaan laut dengan panjang 72 m dan  lebar 45 m.
Terletak di desa Lohayong, Solor.

BENTENG LOHAYONG ( BENTENG PENINGGALAN PORTUGIS )
Pada abad ke-16 & 17, selama kira-kira satu abad, Desa Lohayong merupakan pusat kawasan perdagangan laut. Pada 20 April 1613, ketika Pieter Both menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, benteng tersebut direbut dari Portugis di bawah komando kepala regu Apolonius Schot. Ketika itu ada sekitar seribu orang di dalam benteng. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Setelah berhasil merebut benteng, Schot menyerahkan komando benteng kepada Kapten Adriaen van der Velde, kemudian dia memberinya nama Henricus. Setelah itu Schot kembali ke Batavia, dan tak lama kemudian ia meninggal di sana. Saat itu perdagangan komoditas kayu cendana sedang naik. Pada 13 Oktober 1615, perdagangan komoditi kayu cendana tidak lagi menguntungkan. Hal ini membuat Dewan Hindia Belanda memutuskan untuk mengosongkan benteng Henricus dan membumiratakannya. Pada 1618, Benteng Henricus dibangun lagi oleh Van Raemburch. Ia adalah kawan dekat Jan Pieterszoen Coen. Ia membekali Raemburch sepucuk surat untuk disampaikan kepada para pendukungnya di Solor. Dalam surat itu Coen meminta maaf, karena sebelumnya menghancurkan benteng Henricus, dan mohon agar para pendukungnya bersedia membantu pembangunan kembali. Para buruh pribumi diberi upah setengah kilogram beras per hari, sedangkan para sukarelawan Belanda diperbolehkan mengambil jatah yang lebih banyak. Benteng baru adalah redut yang dapat menampung 30 atau maksimal 40 serdadu. Pembangunannya dilaksanakan sehemat mungkin. Menurut Coen, redut itu berbentuk segi empat dengan empat sudut. Redut akhirnya ditempati oleh 23 tentara Belanda dan 80 warga Solor yang merupakan keluarga besar seorang penguasa pribumi bernama Kitchil Protavi, dan 17 orang Cina. Pada 1622, seorang penguasa baru dilantik di benteng Henricus, yaitu Kepala Pedagang yang bernama Jan Thomasz Daijman. Pada akhir 1625 ia malah bergabung dengan Portugis di Larantuka (Flores), ketika utusan VOC Komandan Jan Pietersz Reus tiba di Solor. Sebelum Reus wafat, dia menunjuk Jan de Hornay sebagai gantinya. Kapten Elye Ripon seorang warga negara Swedia, yang menjadi pimpinan armada Kumpeni berhasil menghalau satu kapal fregat Portugis, yang kebetulan berlayar di pelabuhan Larantuka. Oleh karena keberhasilan ini, mereka disambut hangat saat tiba di Benteng Henricus (Solor) oleh raja/penguasa setempat yang datang bersama dua ratus serdadu bersenjata lengkap. Juga ada seratus gadis yang disuguhkan kepada Ripon dan serdadunya. Pada 1628, J P. Coen kembali menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Dia berpendapat, perdagangan di kawasan Maluku, Ambon, Seram dan Solor serta Timor perlu dilindungi dari orang-orang Makasar. Sementara itu di Solor terjadi konflik antara orang kaya Kitschil Protavi melawan dua orang kaya dari pulau lain yang didukung Portugis di Larantuka. Dalam konflik itu 8 orang Belanda tewas, sehingga mau tidak mau VOC terseret. Serentetan perang kecil terus terjadi antara kelompok yang berseteru. Penguasa Belanda di Solor, De Hornay, mengusahakan semacam gencatan senjata dengan pihak Portugis di Larantuka. Pada Desember 1628, di Batavia diputuskan bahwa redut Henricus di Solor dikosongkan saja, dan kegiatan perdagangan dilakukan dari kapal-kapal di perairan sekitarnya. Gencatan senjata dengan pihak Larantuka dijadikan alasan oleh VOC bahwa Redut Henricus tidak diperlukan lagi. Gubernur Jenderal mengutus seorang kepala pedagang yang bernama Gregory Cornelisz ke Solor. Ia ditugasi untuk meneliti kegiatan De Hornay dan membumiratakan benteng Henricus. Pada 1645, Kitchil Protavi meninggal dan digantikan oleh istrinya, Injay (atau Nyai) Chili. Ia merupakan wakil terkemuka dari kelompok penduduk di kawasan tersebut. Sementara itu, di Benteng Henricus diangkat Letnan Hendrick Hendricksz van Oldenburgh, yang dibantu 34 serdadu, beberapa meriam dan sejumlah amunisi. Akan tetapi van Oldenburgh dinilai kurang tegas, sehingga diganti oleh Kepala pedagang Hendrick ter Horst yang mendesak Gubernur Jenderal agar mengirimkan bantuan militer ke Solor untuk menumpas Larantuka yang dikuasai Portugis. Pada Mei 1654, Ter Horst diijinkan kembali ke Batavia, dan digantikan oleh Kapten Jacob Verheijden, yang tak lama kemudian tewas dalam peperangan melawan tentara Portugis di Amabi (di seberang Kupang). Pada 1657, Gubernur Jenderal Hindia Belanda memberi surat kepada Injay Chili yang berisi kekecewaan, karena Injay dinilai kurang membantu pihak Belanda dalam pertempuran, dan juga dalam memelihara Benteng Henricus. Surat itu dibalas oleh Injay Chili dalam bahasa Melayu, yang juga disertakan terjemahannya dalam bahasa Belanda; antara lain berisi keheranan mengapa ia dinilai kurang membantu Belanda. Juga dikatakan bahwa ia bersama rakyatnya keberatan untuk dipindahkan ke pulau Roti. Alasannya adalah sudah terbiasa hidup di pulau Solor yang dikuasai VOC. Selain itu, pulau Roti juga berada di bawah VOC, jadi tidak ada perbedaan. Oleh sebab itu mohon agar ia bersama rakyatnya diperbolehkan tetap tinggal di Solor dan agar diberi amunisi serta senjata untuk mempertahankan pulau tersebut dari serangan Portugis.

 (In the 16th and 17 th centuries, for approximately one century long, Lohayong Village was the centre of sea trade activities. On April 20, 1613, when Pieter Both was the Governor General of Dutch Indies, the fort was seized from the Portuguese by a group under the commando of Apolonius Schot. At that time there were about one thousand people inside the fort; mostly women and children. After succeeding to take over the fort, Schot handed it over to Captain Adriaen van der Velde and gave it the name Henricus; Schot then returned to Batavia where he died shortly after his arrival. At the time the trade of sandlewood was quite booming. However, on October 13, 1615 the sandlewood trade was no more lucrative which prompted the Dutch Indies Council to abandon and destroy Fort Henricus. In 1618, Fort Henricus was rebuilt by Van Raemburh, a close ally of Jan Pieterszoen Coen who gave Raemburh a letter which he was to hand over to the supporters in Solor. In the letter Coen beg for pardon at having destroyed Fort Henricus and implore his supporters to assist in the rebuilding of the fort. The indigenous workers were given half a kilogram of rice each per day, while the Dutch volunteers were allowed to take more. The new fort is a redoubt that could accommodate 30 to maximally 40 soldiers and the construction was executed as cheaply as possible. According to Coen, the redoubt is square, with four corners. In the end, the redoubt was occupied by 23 Dutch solders and 80 Solor inhabitants, members of the big family of indigenous leader, Kitchil Protavi, and 17 Chinese people. In 1622, a new commander was appointed in Fort Henricus, the Head trader Jan Tohmasz Daijman. At the end of 1625 he joined the Portuguese in Larantuka (Flores) when VOC envoy, Jan Pietersz Reus, arrived at Solor. Before Reus died, he appointed Jan de Hornay as his successor. Captain Elye Ripon, a Swedish national who was the leader of VOC navy, succeeded to drive away the Portuguese warship which happened to sail into Larantuka port. Because of this victory, the Dutch were warmy greeted when they arrived at Fort Henricus (Solor) by the local king, who came with two hundred armed soldiers plus one hundred maidens who were offered to Captain Ripon and his soldiers. In 1628, JP Coen was again appointed as Governor General for Dutch Indies. He considered it necessary to protect the trade activities in the Moluccas, Ambon, Seram, Solor and Timor from Makassar marauders. In the meantime, a conflicet broke out in Solor between the rich man Kitschil Protavi against two other rich men from another island who were supported by the Portuguese in Larantuka. In the conflict, 8 Dutch soldiers died, thus implicating VOC in the fight. A series of small wars flared up between the opposing groups. The Dutch commander in Solor, De Hornay, managed to hold a kind of cease-fire with the Portuguese in Larantuka. In December 1628, it was decided in Batavia to abandon Redoubt Henricus in Solor, and trade activities were conducted by the ships sailing in the  surrounding waters. VOC made use of the ceasefire with Larantuka to abandon Redut Henricus and he sent Gregory Cornelisz, the head trader as an envoy to Solor with the task to inspect the activities of De Hornay and to burn down Fort/Redoubt Henricus. Kitchil Protave died in 1645 and was succeeded by his wife, Injay (or Nyai) Chili who was the leader of the people in the area. In the meantime, Lieutenant Hendrick Hendricksz van Oldenburgh was appointed as commander in Fort Henricus; he had 34 soldiers, a number of cannons and ammunition. However, Oldenburgh was considered not firm enough and was succeeded by the head trader Hendrick ter Horts who urged the Governoet General to send military assistance to Solor, to seize Larantuka which was under Portuguese rule. In May 1654, Ter Horst was allowed to return to Batavia and was succeeded by Captain Jacob Verheiden who was shortly killed in a war against the Portuguese at Amabi (across Kupang). In 1657, the Dutch Governor General sent a letter fo Injay Chili in the Malay language, where he expressed his disappointment because Injay was considered not to provide enough support to the Dutch during the war against the Portuguese and in defending Fort Henricus. Injay Chili replied the letter with a letter in Malay, provided with a Dutch translation, expressing her astonishment at being accused of not providing enough support to the Dutch. She also wrote that she and her people were against being moved to Roti island sine they were already used to living at Solor under VOC. Moreover, Rote island is also under VOC, so there would be no difference; therefore she implored to be allowed to stay in Solor, and be given enough ammunition and weapons so she and her people could defend the island from Portuguese attacks.)